Kisah 'Aku' dan 'Kamu'




Aku ingin menceritakan sedikit kisah mengenai  Aku dan Kamu.

Aku dan Kamu sudah hampir 4 tahun bersama
Aku dan Kamu sudah 4 tahun ini berubah nama menjadi ‘Kita’
Belum seberapa kalau dibandingkan dengan pasangan lain memang,
Apalagi Kamu bukan teman SMA atau temanku dari SD, Aku dan Kamu baru bertemu waktu sama-sama kuliah di kampus dan jurusan yang sama, sudah cukup tua untuk kebanyakan drama PDKT, tembak-menembak, dan sebangsanya.
Bahkan kisah cinta Bapak Ibukku lebih bisa menghasilkan keuntungan kalau difilmkan dari pada kisah pertemuan Kita.

Tapi,

Untukku, Aku dan Kamu sudah kombinasi sempurna
Aku yang selalu mudah menyerah dan Kamu yang selalu bisa jadi 'Mario Teguh' pribadiku,
Kamu membuat Aku menjadi wanita yang paling percaya diri di dunia tanpa rasa takut.
Kamu yang lupa menikmati hidup karena terlalu sering bergunung dan Aku yang mengenalkanmu asyikya menjelajah dimensi waktu dengan membaca,
Aku yang memberitahu Kamu serunya mengenal Raditya Dika sekaligus Dewi Lestari dan Kamu yang mengajak Aku menemukan diri sendiri di lereng-lereng curam punggung Gunung Lawu sekaligus menikmati bahwa rasa lelah luar biasa bisa berdampingan dengan kepuasan batin.

Untukku, Aku dan Kamu adalah kolaborasi dua komentator dunia yang tak bisa ditandingi
Aku dan Kamu bisa mengobrol dimana saja, di warung burjo 24 jam sampai di warung steak luar biasa,
Mengomentari perlunya memakai kaos kaki sampai urusan rumah tangga Negara.
Siapa bilang sampai sekarang mesin waktu belum bisa diciptakan?
Buktinya waktu cepat sekali berlalu kalau Aku dan Kamu sedang mengobrol, menceritakan mimpi, berandai-andai menantang dunia dan akhirnya menang.
Baru bertemu dan. . . .zaapppp, Aku dan Kamu sudah harus berpisah lagi.

Apalagi sekarang. . .

Sekarang tentu berbeda dari 4 tahun yang lalu ketika Aku dan Kamu masih menjadi Mahasiswa, ketika Kita masih menjadi dua orang pemimpi paruh waktu.
Aku dan kamu sudah bekerja, dan karena itulah Kita sudah tidak punya banyak waktu lagi untuk dihabiskan, hanya pertemuan terbatas setiap sebulan sekali.

Hubungan jarak jauh memperparah komunikasi Kita,

Waktu Kamu akhir-akhir ini habis untuk meeting dan meeting dan meeting,

Waktu Aku habis untuk menunggu dan menunggu dan menunggu Kamu pulang kantor

Berharap Kita sempat ngobrol sebentar sebelum akhirnya Aku dan Kamu tertidur di kamar kos masing-masing karena sama-sama kecapekan, Kamu capek dengan kerjaanmu dan Aku yang capek karena menunggumu.
Tapi yang terjadi biasanya sebaliknya, Kamu lebih dulu tidur setelah mengirim satu sampai dua pesan untuk Aku. Kamu terlalu capek. . .

Ada kalanya Aku yang tidak punya waktu untuk dihabiskan bersama Kamu karena kewajibanku mengikuti segala tetek bengek birokrasi dan Kamu menungguku di sisi dunia yang lain sampai Aku bisa memberi kabar.

Tidak ada yang bisa disalahkan untuk keadaan Kita ini, itu yang membuat Kamu dan Aku semakin sering beradu pendapat.
Tidak atasan-atasanmu yang menginginkan performa terbaikmu untuk keuntungan perusahaan, tidak juga Negara kita ini yang menginginkan Aku untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi APBN.

Hubungan Kita dituntut menjadi dewasa karena jarak dan waktu,

Aku dan Kamu harus puas dengan waktu yang ada,

Aku dan Kamu harus sabar untuk saling menunggu,

Setidaknya harus ada salah satu yang menunggu di ‘rumah’ Kita, agar yang pergi ingat untuk pulang.

Agar yang pergi ingat kalau ada yang sedang menunggu sambil membuatkan ‘secangkir jeruk panas’ untuk dinikmati bersama diakhir hari.

Agar Aku dan Kamu bisa kembali menjadi Kita. . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] NADIRA - Leila S. Chudori

A&M Co : Best Croissant in Town

[Spoiler Alert] SESUK - Tere Liye : Plot twist tapi ya gimana yaaa??