Lawu Adventure #3



Beberapa hari lalu, saat ngobrol bareng Uye, dia tiba-tiba nanya soal lanjutan postingan blog tentang pendakian ke Lawu. Damn!! Aku hampir lupa kalau cerita itu belum punya ending. Akhirnya, setelah kemarin Jefri juga Tanya hal yang sama, kayaknya emang harus segera dibuatkan ending sebelum aku lupa sama sekali rasanya. So, here we go. . .

DAY #3

Sebelum subuh, kita berempat mulai menggeliat jalan ke puncak. Tidak membawa semua barang bawaan hanya barang berharga, satu carrier, dan bawa diri, sisanya ditinggal di Mbok Yem. Ini dia tujuan dari perjalanan sulit dua malem kemarin, puncak Lawu sudah diambang mata, tinggal berjalan mendaki beberapa meter lagi. Menurutku, jalur yang pendek ini malah jadi yang paling berat buat aku. Lawu itu lembab sekali apalagi subuh-subuh begini, jadi serba salah mau melindungi diri. Kalau pake masker susah nafas karena kita harus jalan nanjak dan butuh oksigen banyak, kalau gak pake masker susah nafas karena embun ikut masuk ke paru-paru. Disini statusku sebagai Si-Raja Ngebreak dikukuhkan, setiap jalan lima langkah harus istirahat melegakan nafas baru bisa jalan lagi lima langkah, lalu istirahat lagi, begitu  terus sampai gemes!!!


Embunnya begini kalau difoto, mubal kaya debu.

Jefri sibuk ngomong kalau sebentar lagi sampai, dari tadi pertama mendaki di bukit ini dia juga sudah ngomong bentar lagi sampai, tapi ini buktinya masih aja belum keliatan pucuknya!!! Emang, pria itu suka memberi harapan palsu *celuk-celuk Uye*. Ditengah-tengah perdebatanku sama jefri, tiba-tiba ada tugu di depan kita, So, inilah pucuknya Lawu!!! Aku berdiri di pucuknya Lawu!!!!
Alhamdulillah yah, matahari belum terbit, jadi kita akan bisa lihat proses matahari terbit secara utuh.  Karena Jefri yang lebih sering di puncak ini, kita nurut aja pas dia ngajak kita ke tempat yang katanya strategis buat nonton sunrise. Untuk ketempat yang mitosnya strategis itu kita lewat jalan yang susah, kaya belum sering diinjak kaki manusia. Harusnya kita mulai curiga, kalau emang bener yang dibilang Jefri tadi, kenapa jalannya masih kaya gini??Kok kayaknya cuma kita berempat aja yang jalan kesini??? Tapi terdoktrin kenyataan bahwa Jefri itu sering banget ke Lawu, kita manut aja. Sampai lah kita di tempat itu, kita bikin spot yang PW buat pertunjukan sunrise nanti. Di ujung awan sana, semburat oranye mulai keliatan, kita mulai heboh foto-foto, ah Jefri bener, ini pasti tempat yang The Best buat nonton sunrise. Semenit, dua menit, sepuluh menit, kita mulai curiga. Mana mataharinya???? Aku, Uye, dan Dendy mulai panik, udah seterang ini kok belum muncul matahari juga?? Apa matahari mulai terbit bergeser?? Apa ini tanda-tanda kiamat kubro?? Kalau iya, kita sebaiknya segera rajin solat!!! Ternyata kita salah arah duduknya, kampret, Jefri kampret!!! Harusnya dibagian gunung yang sisi sebaliknya, jadi kita malah membelakangi sunrise!!!  Setelah cepet-cepet balik ke tugu puncak Lawu, akhirnya kita bisa liat sunrise biarpun tidak utuh dari awal. . .


Fake Sunrise -_____-

Sudah seterang tapi masih nungguin sunrise!! yang culun siapahhh????



Real Sunrise


Samudra di atas awan bukan monopoli Mahameru saja loh


Pasukan, akhirnya hargo dumilah juga!!!

Dan, saya persembahkan, foto terbaik dalam perjalanan ini. . .


Masih ada satu lagi postingan tentang Lawu ini yang belum sempat aku posting, soal perjalanan turun lewat jalur Cemoro Sewu, ditunggu ya dear readers. . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] NADIRA - Leila S. Chudori

A&M Co : Best Croissant in Town

[Spoiler Alert] SESUK - Tere Liye : Plot twist tapi ya gimana yaaa??